part2
Hampir dua tahun yang lalu aku masih menghabiskan waktu di Mall dan di cafe-cafe bareng lelaki itu dan hampir dua tahun yang lalu juga aku kehilangan teman-temanku, sebenarnya aku tidak pernah menyalahkan dia karena aku harus kehilangan banyak teman-teman mainku, tetapi oleh karena komitmen yang ku buat bersamanya, aku harus menghabiskan banyak waktuku bersamanya. Walaupun harus sedikit tersiksa dan tidak biasa, tapi mengingat betapa besar rasa sayangku kepadanya akhirnya aku mengikuti semua syarat dan ketentuan yang di mintanya dan kurasa saat itu pun adalah saat yang paling menyenangkan untukku, karena ternyata aku telah mememukan sosok yang selama ini ku cari, walaupun tidak sempurna, tapi aku yakin dia adalah sosok yang kucari selama ini.
Menghabiskan waktu dengannya adalah hal yang sangat berharga buatku, sepertinya aku akan merasa rugi untuk kehilangan moment-moment bersamanya, aku senang dia selalu berada di sampingku, aku senang dia selalu menjagaku, aku senang dia selalu memperhatikanku, aku senang dia selalu mengatakan bahwa dia mencintaiku, aku senang dan selalu senang berada dekat disampingnya. Kadang-kadang kami bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengobrol, untuk mengitari Mall, mencoba tempat-tempat baru, memperhatikan orang-orang sambil duduk di bangku Mall atau kami gantian bercerita tentang hal-hal lucu dan kejadian-kejadian aneh yang menimpa kami seharian ini. Rasanya aku kangen saat-saat seperti itu, aku kangen celotehannya mengenai teman-temannya, keluarganya atau bahkan cerita-cerita tentang leluhurnya dan silsilah keluarganya yang konon masih keturunan darah biru kerajaan yang dahulu pernah mengusai tanah dimana ku tinggal saat ini. Aku senang dan selalu tertarik dengan cerita-ceritanya, dia benar-benar orang yang mencintai tanah leluhurnya dan selalu bersemangat dengan cerita-cerita dan hikayat-hikayat tanah leluhurnya.
Tiba-tiba dokter dan suster berlarian kearahku semua orang yang berada diruangan itu di usirnya, tinggal dokter dan suster dan sebuah alat defribilator, yang sudah siap untuk dikejutkan di atas dadaku, ternyata sesaat aku kehilangan denyut jantungku, dokter berkali-kali menempelkan alat itu di dadaku dan berkali-kali juga aku dikejutkan alat tersebut, clear! dokter itu berteriak dan belum terlihat ada perkembangan, lalu dokter itu mengulang hal yang sama dan akhirnya dokter menyerah, "kita kehilangannya" aku hanya bisa berteriak dan meminta dokter itu untuk menolongku, tapi dokter itu tidak dapat mendengar suaraku, tapi tiba-tiba dokter itu berteriak we got her! ternyata alat deteksi jatung itu kembali berpacu dan grafik yang tadinya flat mulai bergelombang.
... bersambung ke part3...
Tiba-tiba dokter dan suster berlarian kearahku semua orang yang berada diruangan itu di usirnya, tinggal dokter dan suster dan sebuah alat defribilator, yang sudah siap untuk dikejutkan di atas dadaku, ternyata sesaat aku kehilangan denyut jantungku, dokter berkali-kali menempelkan alat itu di dadaku dan berkali-kali juga aku dikejutkan alat tersebut, clear! dokter itu berteriak dan belum terlihat ada perkembangan, lalu dokter itu mengulang hal yang sama dan akhirnya dokter menyerah, "kita kehilangannya" aku hanya bisa berteriak dan meminta dokter itu untuk menolongku, tapi dokter itu tidak dapat mendengar suaraku, tapi tiba-tiba dokter itu berteriak we got her! ternyata alat deteksi jatung itu kembali berpacu dan grafik yang tadinya flat mulai bergelombang.
... bersambung ke part3...
0 Comments:
Post a Comment
<< Home