08 June 2007
hari ini cerah sekali, secerah suasana disekitarku, aku senang sekali hari ini, setiap orang yang bertemu denganku akan ku sapa orang-orang sekelilingku mengatakan bahwa aku selalu memberikan energi positif setiap aku terlihat gembira. Seharusnya aku seperti ini setiap hari agar semua orang tertular energi positifku. Kalau rameku sudah kumat aku akan banyak banyak menyapa orang-orang yang ku temui tapi kalo sifat jutekku sudah keluar aku akan menjadi orang yang sangat bertolak belakang dengan diriku hari ini.Walaupun tadi pagi aku terjebak macet diantara banyak motor-motor yang melimpah ruah bak jamur-jamur kayu yang datang kala tanah menjadi lembab dan musim penghujan tiba, susah sekali aku bergerak kiri kananku motor yang mencoba mengambil jalan pintas dan saling berdekatan, brukkk... sebuah dentuman keras menghantam sisi kiri mobilku, aku terpaku, terdiam dan tak tau harus berkata apa, sebuah motor menabrak badan kiri mobilku, aku menepikan mobilku dan motor itupun bergerak ke pinggir dibelakang mobilku, dua orang anak muda sepertinya mereka masih berumur 20an, "mba, maaf... saya ga sengaja.. duh mba mobilnya kegores ya? aduh gimana, mba" melihat air mukanya pun aku tidak tega, aku hanya berkata "kamu gak apa-apa?", " nggak, mba... saya minta maaf...", kulihat arlojiku dan ternyata waktu sudah menunjukan hampir pukul 8 pagi, aku harus bergegas agar tidak terlambat sampai ditempat kerjaku, aku sudah memaafkan anak yang tadi menyerempet mobilku, dan kembali aku berjalan menelusuri macetnya jalanan pagi ini sambil ditemani cd jazztitude kesukaanku. Fyuuhh.. sampai juga di depan kantorku, absen, menyimpan tas di loker, menyalakan komputer, mengecek ruangan disekitarku, sedikit merapikan make up, rambut dan baju kerjaku lalu aku standby di mejaku sambil ditemani musik instrumen relaxasi, yang membuat perasaanku mejadi lebih rilex. Makan siang di dapur, kringg... seseorang menelponku dan mengajakku special dinner malam ini, rasanya aku tak percaya, mimpikah? atau imajiku saja? jantungku berdebar dengan sangat cepat, seperti turbin pemompa air di pembangkit listrik, I think is gonna be a very.. very bright day for me!.
Teringat hampir setahun yang lalu pertama kali aku berkenalan dengan seorang pria dingin yang sombong, jarang berbicara, tidak pernah sosialisasi, seperti teman-temanku bilang "sangat teknisi sekali, dont know how to comunicate", dulu aku memang bekerja di perusahaan IT, aku dulu adalah seorang customer care yang setiap harinya bertemu dengan banyak pelanggan yang bermasalah, mulai dari masalah pelayananan, pembayaran sampai masalah person to person pelanggan dan pegawai di kantorku, pekerjaan yang sangat menarik dan menyenangkan menurutku. Laki-laki itu pertama datang ke kantorku ketika HRD memanggilnya untuk mengisi posisi kosong di kantorku, ekspesinya benar-benar dingin, terkesan sombong dan irit bicara. Pertama aku benar-benar mengenalnya adalah pada saat kami diberikan banyak tugas untuk dikerjakan bersama-sama, salah satu kalimat yang menyebalkan yang sering keluar dari mulutnya adalah "jangan ngeluh, kerjain aja!," huh, rasanya dia tidak mengerti bahwa aku cape, seharian ini aku diberondong oleh banyak komplainan dari pelanggan dan aku harus bulak balik dari divisi yang satu ke divisi yang lain. Kami hanya berkomunikasi lewat SMS dan e-mail, ku rasa darisana awal pertama kali aku merasa bahwa dia orang yang menyenangkan, walaupun dia jarang bicara, tapi ku rasa dengan kami berkomunikasi lebih tulisan, semakin aku mulai mengenalinya. Sedikit gokil dan jahil, sisi lainnya yang baru ku ketahui, ternyata bisa juga dia membuatku tertawa dengan beberapa leluconnya. Semakin hari semakin aku mengenalnya, manja dan banyak sekali kejutan-kejutan manis yang di berikannya, semakin terasa pula perasaan aneh yang tiba-tiba menjangkitiku.
Mulai dari e-card yang dikirimkannya melalui e-mailku, coklat yang disimpan di frezer kulkasa kantorku, mengantarku pulang, mengajakku jalan-jalan dan akhirnya suatu ketika dia mengatakan bahwa ia menyayangiku, rasanya seperti terjatuh tangga lalu tertabrak mobil, aku mengdeskripsikannya dengan perasaan itu seperti es campur, karena semuanya komplit, ada manis ada kecut dan ada sedikit pahit dan tentu saja lebih banyak rasa manisnya. Pertengkaran pertama kami adalah ketika kami melakukan jalan-jalan bersama teman kantor ke luar kota, ku kira dia bukan tipikal pecemburu, mengingat betapa dinginnya dia. Dia marah-marah padaku, mencacimaki, aku sempat shock karena ku pikir dia tidak akan pernah berkata seperti itu, aku menangis sejadi-jadinya di antara teman-temanku, mereka hanya bingung dan bertanya-tanya melihat sikapku dan akhirnya aku memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat kami semua menginap. Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari tapi aku nekat untuk pulang saat itu juga, aku kesal sekali dengan perkataannya dan sikapnya yang kurasa cukup aneh, sepanjang perjalanan pulang aku dan dia tidak berhenti bersmsan kami perang kata-kata dan dia mengucapkan selamat tinggal padaku. Akhirnya aku sampai di rumahku pada pukul 05.00 pagi hari, karena saat itu aku dan temanku memakai sepeda motor, karena udara yang begitu dingin kami memutuskan untuk berhenti sampai kami merasa cukup hangat untuk melanjutkan perjalanan pulang.
Teringat hampir setahun yang lalu pertama kali aku berkenalan dengan seorang pria dingin yang sombong, jarang berbicara, tidak pernah sosialisasi, seperti teman-temanku bilang "sangat teknisi sekali, dont know how to comunicate", dulu aku memang bekerja di perusahaan IT, aku dulu adalah seorang customer care yang setiap harinya bertemu dengan banyak pelanggan yang bermasalah, mulai dari masalah pelayananan, pembayaran sampai masalah person to person pelanggan dan pegawai di kantorku, pekerjaan yang sangat menarik dan menyenangkan menurutku. Laki-laki itu pertama datang ke kantorku ketika HRD memanggilnya untuk mengisi posisi kosong di kantorku, ekspesinya benar-benar dingin, terkesan sombong dan irit bicara. Pertama aku benar-benar mengenalnya adalah pada saat kami diberikan banyak tugas untuk dikerjakan bersama-sama, salah satu kalimat yang menyebalkan yang sering keluar dari mulutnya adalah "jangan ngeluh, kerjain aja!," huh, rasanya dia tidak mengerti bahwa aku cape, seharian ini aku diberondong oleh banyak komplainan dari pelanggan dan aku harus bulak balik dari divisi yang satu ke divisi yang lain. Kami hanya berkomunikasi lewat SMS dan e-mail, ku rasa darisana awal pertama kali aku merasa bahwa dia orang yang menyenangkan, walaupun dia jarang bicara, tapi ku rasa dengan kami berkomunikasi lebih tulisan, semakin aku mulai mengenalinya. Sedikit gokil dan jahil, sisi lainnya yang baru ku ketahui, ternyata bisa juga dia membuatku tertawa dengan beberapa leluconnya. Semakin hari semakin aku mengenalnya, manja dan banyak sekali kejutan-kejutan manis yang di berikannya, semakin terasa pula perasaan aneh yang tiba-tiba menjangkitiku.
Mulai dari e-card yang dikirimkannya melalui e-mailku, coklat yang disimpan di frezer kulkasa kantorku, mengantarku pulang, mengajakku jalan-jalan dan akhirnya suatu ketika dia mengatakan bahwa ia menyayangiku, rasanya seperti terjatuh tangga lalu tertabrak mobil, aku mengdeskripsikannya dengan perasaan itu seperti es campur, karena semuanya komplit, ada manis ada kecut dan ada sedikit pahit dan tentu saja lebih banyak rasa manisnya. Pertengkaran pertama kami adalah ketika kami melakukan jalan-jalan bersama teman kantor ke luar kota, ku kira dia bukan tipikal pecemburu, mengingat betapa dinginnya dia. Dia marah-marah padaku, mencacimaki, aku sempat shock karena ku pikir dia tidak akan pernah berkata seperti itu, aku menangis sejadi-jadinya di antara teman-temanku, mereka hanya bingung dan bertanya-tanya melihat sikapku dan akhirnya aku memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat kami semua menginap. Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari tapi aku nekat untuk pulang saat itu juga, aku kesal sekali dengan perkataannya dan sikapnya yang kurasa cukup aneh, sepanjang perjalanan pulang aku dan dia tidak berhenti bersmsan kami perang kata-kata dan dia mengucapkan selamat tinggal padaku. Akhirnya aku sampai di rumahku pada pukul 05.00 pagi hari, karena saat itu aku dan temanku memakai sepeda motor, karena udara yang begitu dingin kami memutuskan untuk berhenti sampai kami merasa cukup hangat untuk melanjutkan perjalanan pulang.
<< Home