part 5
Baby, some day I'll find a way to say
just what you mean to me
But if that day never comes along
and you don't hear this song
I guess you'll never know that...
[ in a rush - blackstreet]
just what you mean to me
But if that day never comes along
and you don't hear this song
I guess you'll never know that...
[ in a rush - blackstreet]
lagu pertama yang ku dengar, lagu pertama yang menjadi sountrack perjalanan kami, lagu yang akan ku putar dikala aku sedang ingat dia, lagu yang membuat orang-orang di sekelilingku menjadi bosan. Lalu kedua sahabatku menginggalakanku tapi mereka masih terus memasangkan i-pod di telingaku, "Dee kami pulang ya, nanti besok kami akan kembali lagi' mereka silih berganti mencium keningku dan mengatakan selamat tinggal lalu mereka berlalu dari hadapanku.
Tok.. tok.. tok ada yang mengetuk pintu kamarku di rumah sakit ini, tak ada yang menjawab, aku tidak dapat berkata apapun sesosok tubuh itu masuk dan menghampiriku, aku hanya bisa mengamati dengan seksama, siapakah dia? sepertinya aku pernah mengenalnya tapi entah dimana, siapakah dirimu? aku terus bertanya-tanya. " Dee, ini Borne masih inget kan? ", "Dee apa yang terjadi ma kamu?", "Borne, tahu kamu disini dari Bowo, tadi siang Bowo nelpon ngasih tau kalo kamu kritis dan kamu disini, Borne kaget dan langsung ke sini" dia membisikan kata itu di telingaku. Aku ingat Borne dan aku pernah pacaran ketika aku masih SMU, Borne adalah kakak kelasku di SMP, Borne adalah salah satu orang yang terus berusaha mendekatiku dari semenjak aku kelas 1 SMP, Borne selalu berusaha mengantarku pulang, menonton setiap aku latihan basket dan memungguku pulang latihan pramuka.
Borne adalah lelaki manis yang sangat bertanggungjawab, setelah usaha yang cukup panjang dan lama akhirnya hatiku luluh juga, aku mulai dekat dan perpacaran dengannya ketika aku masih duduk di kelas 2 SMU dan Borne baru saja masuk kuliah di fakultas teknik sipil disebuah universitas swasta terkemuka di kotaku. Aku tahu Borne sangat sayang padaku, hingga kemana pun aku pergi dia selalu ada di dekatku, dia sangat takut kehilangan aku, dia tidak pernah mebiarkan sesosok lelaki mendekatiku, dimana ada Dee disitu ada Borne, begitu lah bercandaan teman-temanku dan teman-teman Borne. Borne adalah seorang vokalis, dia dan band-band selalu mangung dari cafe ke cafe dan dari kampus ke kampus, sosok Borne yang tampan, gagah dan bersuara mirip dengan James Hetfield vokalisnya Metallica membuatnya banyak digemari oleh wanita, tapi anehnya tidak pernah sedikitpun aku merasa tersaingi dan cemburu dengan wanita-wanita yang mengejar-ngejar dirinya. Borne selalu protes dengan sikap dinginku, sikap cuekku apa yang dilakukan oleh Borne sangatlah 180 derajat berbeda denganku dan akupun tidak pernah berubah, padahal Borne adalah idola wanita-wanita. Pernah sekali waktu ibunya Borne protes karena Borne selalu lebih mementingkan aku dibandingkan dengan ibunya, Borne adalah anak laki satu-satunya di antara kedua kakak wanitanya, aku hanya menanggapinya dengan dingin.
Hingga setelah 3 tahun aku berpacaran dengannya aku memutuskan untuk meninggalkannya dengan alasan aku sudah tidak tahan dengan sikap cemburuan dan posesifnya, Borne pun melakukan beberapa rangkaian protes dengan percobaan bunuh diri dan menjadi pecandu narkoba, Borne terus mencoba bicara padaku, membujukku dan berjanji untuk berubah tapi benteng pertahanan keras kepalaku tidak dapat ditembusnya, segala macam usaha telah dilakukannya tapi semua sia-sia, aku terlalu keras untuk dipatahkan. Kalimat terakhir yang di katakannya adalah " Mungkin sekarang Borne ga bisa ngasih apa-apa sama kamu, Borne masih kuliah masih nyari uang sendiri, Borne janji suatu saat nanti Borne akan buktikan ke orang tua kamu kalo Borne memang pantas buat kamu" dengan mata yang berkaca-kaca Borne meninggalkan rumahku. Aku pun tidak dapat membendung air mataku, aku sedih betapa 3 tahun itu bukan waktu yang pendek untuk membina suatu hubungan, terlalu banyak kenangan dan kejadian yang kita buat bersama selama 3 tahun, senang, sedih, bahagia, senang tapi kalau aku ingat pertengkaran orang tuaku dan orang tua Borne yang selama 1 tahun ini terus terjadi dan betapa sikap Borne yang cemburuan dan posesif itu membuatku sangat kewalahan, akhirnya aku berusaha ikhlas untuk dapat melepasnya. Beberapa minggu dan bulan pertama adalah waktu yang sangat berat buat kami berdua, terutama buat Borne, setiap aku meliat sudut rumahku dan melewati tempat dimana kita biasa bareng membuatku sedih dan semua kenangan itu kembali datang menghantuiku, kadang aku rindu nyanyiannya atau cerita teman-teman bandnya atau aku memintanya untuk membantukkan mebuat pekerjaan rumahku atau aku mengajarinya untuk berbahasa Jepang atau Borne yang tiba-tiba datang membawakan bunga mawar putih kesukaanku.
Setelah 2 tahun aku tidak mendengar kabar darinya, aku mendengar bahwa Borne benar-benar hancur, bulak-balik RSKO, kecelakaan sampai keluar masuk tahanan karena ketahuan membawa narkoba tapi untungnya bapaknya Borne yang seorang pejabat di TNI memudahkannya untuk dapat keluar dari tahanan. Aku merasa sangat bersalah sampai detik ini pun aku masih sering merasa bersalah, sampai akhirnya 7 tahun kemudian Borne meleponku dia mengabariku bahwa sekarang dia sudah berhasil keluar dari semua masalahnya, kuliahnya diteknik Sipilnya sudah lulus dan dia baru pulang dari Jepang setelah menyelesaikan program S2nya disana. Aku lega bahwa dia telah berubah, setidaknya rasa bersalahku sudah berkurang dan Borne masih terus mengharapkanku untuk kembali bersamanya tapi masih saja aku adalah Dee yang keras kepala, Dee yang tidak dapat di taklukkan begitu saja kali ini Borne sudah tidak sengoyo dulu, dia hanya menyerah ketika aku mengatakan "tidak' padanya dan akhirnya kami pun kembali ke kehidupan kami masing-masing.
Borne sudah benar-bener berubah, setelah 9 tahun aku tidak melihatnya, Borne yang sekarang sudah terlihat matang dengan kostum kantornya, sudah tidak bergaya seperti rock star ketika dulu jaman berpacaran denganku, benar-benar sudah berubah. Satu hal yang tidak berubah dari Borne adalah tatapannya, tatapan yang sama dengan 9 tahun yang lalu, sentuhan yang sama, membuat rasa bersalahku kembali timbul, Borne mulai membuatku merasa dibutuhkan kembali, Borne menghiburku, Borne memberiku banyak harapan untuk kembali berjuang agar aku bisa kembali bangun dan kembali memberi energi positif ke orang-orang sekelilingku. Borne berjanji akan ada disampingku sampai aku bisa bangun dan dapat menatap dunia lagi.
Tak lama orang tuaku datang, mereka kaget melihat Borne berada disebelahku, mereka benar-benar tidak pernah menyangka, 9 tahun bukan waktu yang sebentar, 9 tahun yang sudah berlalu, Borne bersalaman dengan papa dan mamaku mereka bertiga berbasabasi, papaku bercerita tentang penyakitku, penyakit yang aku sendiri tidak mengetahuinya.
Tok.. tok.. tok ada yang mengetuk pintu kamarku di rumah sakit ini, tak ada yang menjawab, aku tidak dapat berkata apapun sesosok tubuh itu masuk dan menghampiriku, aku hanya bisa mengamati dengan seksama, siapakah dia? sepertinya aku pernah mengenalnya tapi entah dimana, siapakah dirimu? aku terus bertanya-tanya. " Dee, ini Borne masih inget kan? ", "Dee apa yang terjadi ma kamu?", "Borne, tahu kamu disini dari Bowo, tadi siang Bowo nelpon ngasih tau kalo kamu kritis dan kamu disini, Borne kaget dan langsung ke sini" dia membisikan kata itu di telingaku. Aku ingat Borne dan aku pernah pacaran ketika aku masih SMU, Borne adalah kakak kelasku di SMP, Borne adalah salah satu orang yang terus berusaha mendekatiku dari semenjak aku kelas 1 SMP, Borne selalu berusaha mengantarku pulang, menonton setiap aku latihan basket dan memungguku pulang latihan pramuka.
Borne adalah lelaki manis yang sangat bertanggungjawab, setelah usaha yang cukup panjang dan lama akhirnya hatiku luluh juga, aku mulai dekat dan perpacaran dengannya ketika aku masih duduk di kelas 2 SMU dan Borne baru saja masuk kuliah di fakultas teknik sipil disebuah universitas swasta terkemuka di kotaku. Aku tahu Borne sangat sayang padaku, hingga kemana pun aku pergi dia selalu ada di dekatku, dia sangat takut kehilangan aku, dia tidak pernah mebiarkan sesosok lelaki mendekatiku, dimana ada Dee disitu ada Borne, begitu lah bercandaan teman-temanku dan teman-teman Borne. Borne adalah seorang vokalis, dia dan band-band selalu mangung dari cafe ke cafe dan dari kampus ke kampus, sosok Borne yang tampan, gagah dan bersuara mirip dengan James Hetfield vokalisnya Metallica membuatnya banyak digemari oleh wanita, tapi anehnya tidak pernah sedikitpun aku merasa tersaingi dan cemburu dengan wanita-wanita yang mengejar-ngejar dirinya. Borne selalu protes dengan sikap dinginku, sikap cuekku apa yang dilakukan oleh Borne sangatlah 180 derajat berbeda denganku dan akupun tidak pernah berubah, padahal Borne adalah idola wanita-wanita. Pernah sekali waktu ibunya Borne protes karena Borne selalu lebih mementingkan aku dibandingkan dengan ibunya, Borne adalah anak laki satu-satunya di antara kedua kakak wanitanya, aku hanya menanggapinya dengan dingin.
Hingga setelah 3 tahun aku berpacaran dengannya aku memutuskan untuk meninggalkannya dengan alasan aku sudah tidak tahan dengan sikap cemburuan dan posesifnya, Borne pun melakukan beberapa rangkaian protes dengan percobaan bunuh diri dan menjadi pecandu narkoba, Borne terus mencoba bicara padaku, membujukku dan berjanji untuk berubah tapi benteng pertahanan keras kepalaku tidak dapat ditembusnya, segala macam usaha telah dilakukannya tapi semua sia-sia, aku terlalu keras untuk dipatahkan. Kalimat terakhir yang di katakannya adalah " Mungkin sekarang Borne ga bisa ngasih apa-apa sama kamu, Borne masih kuliah masih nyari uang sendiri, Borne janji suatu saat nanti Borne akan buktikan ke orang tua kamu kalo Borne memang pantas buat kamu" dengan mata yang berkaca-kaca Borne meninggalkan rumahku. Aku pun tidak dapat membendung air mataku, aku sedih betapa 3 tahun itu bukan waktu yang pendek untuk membina suatu hubungan, terlalu banyak kenangan dan kejadian yang kita buat bersama selama 3 tahun, senang, sedih, bahagia, senang tapi kalau aku ingat pertengkaran orang tuaku dan orang tua Borne yang selama 1 tahun ini terus terjadi dan betapa sikap Borne yang cemburuan dan posesif itu membuatku sangat kewalahan, akhirnya aku berusaha ikhlas untuk dapat melepasnya. Beberapa minggu dan bulan pertama adalah waktu yang sangat berat buat kami berdua, terutama buat Borne, setiap aku meliat sudut rumahku dan melewati tempat dimana kita biasa bareng membuatku sedih dan semua kenangan itu kembali datang menghantuiku, kadang aku rindu nyanyiannya atau cerita teman-teman bandnya atau aku memintanya untuk membantukkan mebuat pekerjaan rumahku atau aku mengajarinya untuk berbahasa Jepang atau Borne yang tiba-tiba datang membawakan bunga mawar putih kesukaanku.
Setelah 2 tahun aku tidak mendengar kabar darinya, aku mendengar bahwa Borne benar-benar hancur, bulak-balik RSKO, kecelakaan sampai keluar masuk tahanan karena ketahuan membawa narkoba tapi untungnya bapaknya Borne yang seorang pejabat di TNI memudahkannya untuk dapat keluar dari tahanan. Aku merasa sangat bersalah sampai detik ini pun aku masih sering merasa bersalah, sampai akhirnya 7 tahun kemudian Borne meleponku dia mengabariku bahwa sekarang dia sudah berhasil keluar dari semua masalahnya, kuliahnya diteknik Sipilnya sudah lulus dan dia baru pulang dari Jepang setelah menyelesaikan program S2nya disana. Aku lega bahwa dia telah berubah, setidaknya rasa bersalahku sudah berkurang dan Borne masih terus mengharapkanku untuk kembali bersamanya tapi masih saja aku adalah Dee yang keras kepala, Dee yang tidak dapat di taklukkan begitu saja kali ini Borne sudah tidak sengoyo dulu, dia hanya menyerah ketika aku mengatakan "tidak' padanya dan akhirnya kami pun kembali ke kehidupan kami masing-masing.
Borne sudah benar-bener berubah, setelah 9 tahun aku tidak melihatnya, Borne yang sekarang sudah terlihat matang dengan kostum kantornya, sudah tidak bergaya seperti rock star ketika dulu jaman berpacaran denganku, benar-benar sudah berubah. Satu hal yang tidak berubah dari Borne adalah tatapannya, tatapan yang sama dengan 9 tahun yang lalu, sentuhan yang sama, membuat rasa bersalahku kembali timbul, Borne mulai membuatku merasa dibutuhkan kembali, Borne menghiburku, Borne memberiku banyak harapan untuk kembali berjuang agar aku bisa kembali bangun dan kembali memberi energi positif ke orang-orang sekelilingku. Borne berjanji akan ada disampingku sampai aku bisa bangun dan dapat menatap dunia lagi.
Tak lama orang tuaku datang, mereka kaget melihat Borne berada disebelahku, mereka benar-benar tidak pernah menyangka, 9 tahun bukan waktu yang sebentar, 9 tahun yang sudah berlalu, Borne bersalaman dengan papa dan mamaku mereka bertiga berbasabasi, papaku bercerita tentang penyakitku, penyakit yang aku sendiri tidak mengetahuinya.
<< Home